Laman

Sabtu, 13 November 2010

Potensi Seni Rupa Manado

Renungan dan Teror Dunia Super Oval

Kamajaya Al Katuuk

Hidup adalah layaknya--sebagai sebuah makna yang bebas masuk. Untuk memahaminya kita dapat dapat datang serta mengambil bagian dari arah mana saja. Begitu pula yang dilakuan seorang Oval Bravo melalui ekspresi karya lukisnya. Oval menghayati hidup ini dengan memulai dari makna nama dirinya sendiri: “oval”. Sepertinya, tersirat bahwa perupa ini datang mengakrabi kita--- yang menyaksikan karya-karyanya, seraya berujar, “hidup itu oval, oval itu hidup”.
Bentuk oval di tangan kreativitas Oval, hadir bukan sekadar bentuk melainkan media pengantar makna yang sarat dan datangnya mengejutkan. Sampai di sini, maka cukup alasan bahwa Oval menggarap tema lukisannya dengan mengandalkan gaya surealis. Mengejutkan dengan cara menampilkan bentuk-bentuk yang tampil serentak. Perhatikan lukisannya yang berjudul “Menanti Sebuah Jawaban”. Lukisan tersebut tampil dengan lanskap dataran telur yang beberapa di antaranya sudah menetas. Ada tetasan kaki, mata, telinga, mulut-lidah, hidung dan telinga. Nampaknya itu adalah representasi panca indra kita. Sementara di atasnya terbentang semacam langit separuh telur yang tengah leleh. Ini, jelas representaasi gambaran langit dan bumi yang cenderung ke-oval-ovalan. Merupakan keserempakan yang dijadikan perupa ini untuk menampilkan gambaran ikhwal keawalan dan keakhiran hidup. Lukisan ini, nampaknya mengambil wilayah besar dan luas pada segmen akhir hidup. Pancaindra yang ditampilkan tersebut, bisa jadi adalah gambaran dari hari “pengadilan” akhirat. Yang pada saat itu keadilan sejati bersaksi. Kaki, mata, tangan, telinga, mulut-lidah, serta bagian diri kita lainnyalah yang akan menyatakan diri, tentang apa saja yang sudah dilakukannya selama dibawa hidup oleh sang pribadi. Seseorang. Maka judul yang diterakan di sini “Menanti Sebuah Jawaban” sesungguhnya adalah perihal kisahan mengenai, apabila awal (dunia) adalah pertanyaan, maka akhir (akhirat) adalah jawaban. Tentu, semiotikanya atau tafsirannya adalah, bila di dunia seseorang bisa berdusta, maka di akhirat kelak, tidak. Sebab yang akan bersaksi adalah setiap bagian dari tubuh itu sendiri yang berbicara. Oval merumuskan sebuah refleksi hidup yang utuh terhadap ikhwal kekianian dan kenantian, keduanya ada dalam satu kesatuan yang diwadahi secara estetis dalam perwujudan yang menohok dengan teror bagi kita yang suka berkilah mulut di dunia, dalam wujud semesta yang oval.
Bentuk oval kemudian menjadi media yang kuat bagi penggarapan eksistensi hidup ini saat perupa otodidak ini menggarap karya lukis lainnya, seperti yang dijudulinya: Kiamat, Love in the Moon, Keseimbangan, Satui Hati, Sunset, Ketenangan Jiwa, Sense of Oval, atau Sense of Egg. Melalui bentuk konsisten oval, Oval Bravo tak jemu-jemu menggedor kesadaran kita dengan menggelindingkan berbagai bentuk oval yang bervariasi tampilan. Love in the Moon, misalnya, jelas menyuguhkan kekuatan imaji sperma yang mudah dikenali tujuan naratif yang hendak diceritakannya. Pergulatan dan pergelutan komunitas sperma yang dinamis. Lukisan ini, bila saja kita menafsirkan romantisismenya lebih kental ketimbang citraan lainnya, maka pantas dipajang di kamar pengantin.
Di luar perbincangan ikhwal makana serta keindahannya, Pameran Tunggal yang akan dilaksanakan di Restoran Ria Rio Kalasey ini jelas bermakna besar bagi pengembangan apresiasi seni lukis. Manado punya sederet perupa yang potensial. Bahkan di tengah minimnya dukungan formal dari pihak pemerintah sekalipun. Sonny Lengkong, Denny Katili, Jaya Masloman serta kawan-kawan tetap mampu berkarya dan punya pasar peminatnya. Maka Oval adalah, salah seorang dari generasi penerus mereka yang pasti memberi makna dunia seni rupa. Oval Bravo, yang nampaknya telah menemukan jatidiri model objek tematika dan bentuknya, yakni menggeluti dunia oval diharapkan akan semakin matang dan beraura. Hal tersebut adalah tantangan sendiri, sebab baginya memahiri dunia oval adalah setali tiga uang dengan menguasai dirinya. Dia merenung juga meneror dirinya, yang dibagikannya kepada khalayak penikmat karyanya. Inilah dunia super realis (kemudian disingkat jadi surealis) oval. Dalam sebuah bentuk oval, sekali lagi beberapa renungan dan teror berjajar bersama.
Selebihnya, patut dicatat cara manajemen Ria Rio memfasilitasi pameran seperti ini, tidak hanya cerdas untuk menampah popular restoran, tetapi juga sekaligus mendukung pertumbuhan seni di daerah ini. Cara serupa baik dilakukan oleh pihak lain. Terutama dengan penjadwalan yang ajeg. (**).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar