Laman

Selasa, 22 Desember 2009

MEMAHAMI TELADAN MENGELOLA DILEMA TRANSISI I

MEMAHAMI TELADAN MENGELOLA DILEMA TRANSISI BUDAYA DARI FILEM THE LAST SAMURAI
Oleh Kamajaya Al Katuuk


I. PENDAHULUAN
Filem The Last Samurai (TLS) adalah filem yang mengungkapkan kekayaan pergulatan budaya Jepang yang muwakil (representative). Dengan mengolah kekayaan budaya samurai, TLS menuturkan bagaimana Jepang berubah dan berkembang, sebagai salah satu negara terkecil geografisnya tetapi masuk di dalam negara-negara besar dunia bersejajar dengan Amerika Serikat, Rusia, Jerman, Inggris, Perancis, dan Cina. Kunci dari keberhasilan Jepang ternyata ada di dalam budaya samurai.
Samurai adalah sebuah kata yang penuh makna di dalam sejarah dan budaya bangsa Jepang. Samurai sebagai sebuah etos karakter khas, dapat ditempatkan dalam perkembangan bangsa Jepang sebagai bangsa yang kecil tanah airnya tetapi pernah menjadi kekuatan imperialisme besar dunia bersejajar dengan Inggris, Belanda, Portugis, dan Prancis. Terma “samurai” berdampingan dengan “bushido” menjadi semacam “landmark” atau “brand-image” budaya Jepang dengan konotasi positif, seperti juga yang diterakan terhadap India (yang diteladankan Gandhi) yakni: “satyagraha”.
Di dalam sejarah dunia kekuatan kelas dunia Jepang juga tidak sekadar penting bagi supremasi Jepang, melainkan juga memengaruhi semangat persamaan kualitas eksistensial bangsa-bangsa kulit berwarna terhadap kulit putih. Hal tersebut terjadi saat Jepang mampu menaklukan pasukan sekutu.
Akar sejarah yang menyebabkan Jepang tampil seperti yang diketahui sekarang, umum semua peneliti merujuk pada sejarah agung Restorasi Meiji (yang juga dikenal orang Jepang dengan sebutan Meiji Ishin. Sejarah agung tersebut dimulai pada tahun 1868 dan dekade sesudahnya, bangsa Jepang telah membuktikan diri kepada dunia sebagai bangsa yang memiliki kompetensi ilmu pengetahuan dan teknologi maju yang dapat disejajarkan dengan Amerika dan negara maju lainnya. Hal yang terpenting dari restorasi ini adalah restorasi di bidang pendidikan, yaitu mengubah sistem pendidikan dari tradisional menjadi modern (saat itu dimulai dengan mengadopsi sistem Jerman), program wajib belajar, mengirim mahasiswa Jepang untuk belajar ke luar negeri (ke Prancis dan Jerman), dan meningkatkan anggaran sektor pendidikan secara drastis.
Semenjak Restorasi Meiji dikibarkan pemerintah Jepang terus menjalankan kebijaksanaannya dengan mulai giat menerjemahkan dan menerbitkan pelbagai macam buku, di antaranya tentang ilmu pengetahuan, sastra, maupun filsafat.
Sebuah doktrin penting yang mengilhami restorasi Meiji dan menjadi pandangan hidup orang Jepang tentang pentingnya pendidikan, dirumuskan pertama kali oleh Fukuzawa Yukichi, bapak pendidikan Jepang yang hidup pada zaman Meiji. Menurut Fukuzawa dalam bukunya berjudul Gakumon no Susume (Jepang: di antara Feodalisme dan Modernisasi), kedudukan manusia dalam suatu negara harus ditentukan oleh status pendidikannya, bukan oleh nilai-nilai yang dibawa sejak lahir sebagai warisan. Walaupun ada catatan yang harus kita sadari bahwa strategi Fukuzawa juga harus dilihat tetap sebagai konsep yang ada di dalam konteks kejepangan; yang memiliki keluhuran etos yang sudah turun temurun dijadikan pegangan hidup nyata. Sehingga ketergantungan terhadap unsur luar, semata beraras pada dimensi kognitif belaka, di dalam hal ini modernism ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan dimensi afektif dan prilaku tetap memanfaatkan kekayaan budaya yang telah ada. Pemikiran dan upaya yang luar biasa dari Fukuzawa dalam merestorasi pendidikan Jepang mendapatkan penghargan yang monumental, pemerintah Jepang hingga saat ini memberikan kehormatan tertinggi dengan menampilkan gambar Fukuzawa dalam nilai tertinggi dari mata uang Jepang, yakni sepuluh ribu yen.
Kemajuan bangsa Jepang terus bertambah sesudah tentara pendudukan Amerika Serikat (AS) — setelah Jepang kalah perang pada PD II — banyak memberikan dorongan pada bangsa Jepang untuk mencurahkan perhatiannya pada bidang pendidikan. Ada empat hal pokok yang dapat dijelaskan.
Pertama, sekolah dasar (SD) wajib selama enam tahun dan tidak dipungut biaya. Tujuannya untuk menyiapkan anak menjadi warga yang sehat, aktif menggunakan pikiran, dan mengembangkan kemampuan pembawaannya. Kedua, sesudah SD ada sekolah lanjutan pertama selama tiga tahun, bertujuan untuk mementingkan perkembangan kepribadian siswa, kewarganegaraaan, dan kehidupan dalam masyarakat serta mulai diberikan kesempatan belajar bekerja.
Ketiga, setelah sekolah lanjutan pertama, ada sekolah lanjutan selama tiga tahun. Bertujuan untuk menyiapkan siswa masuk perguruan tinggi dan memperoleh keterampilan kerja. Keempat, universitas harus berperan secara potensial dalam mengembangkan pikiran liberal dan terbuka bagi siapa saja, bukan pada sekelompok orang. Munculnya struktur baru pendidikan di Jepang yang di kembangkan Amerika Serikat, merupakan bentuk “revisi” dari struktur pendidikan lama yang sudah ada sebelum Perang Dunia II.
Saat ini wajib belajar masih dijalankan dengan ketat dijepang dari SD sampai SMA, sehingga tidak heran hampir 100 persen penduduk Jepang tamat SMA dan hampir tidak ada yang buta huruf, artinya hampir 100 persen penduduk Jepang dapat membaca kanji yang jumlahnya sekitar 3000 kanji beserta kombinasi berikut cara bacanya.
Sebagian besar lulusan SMA di Jepang melanjutkan ke universitas atau sekolah kejuruan. Ada juga universitas terbuka istilahnya “Hosyo daigaku” yang perkuliahannya dilakukan melalui TV swasta khusus selama 18 jam nonstop setiap hari, dan materinya diberikan oleh profesor-profesor yang cukup terkenal diseluruh Jepang. Prosentase lulusan S-1 yang melanjutkan S-2 sangat besar, contohnya apa yang dilakukan oleh Osaka University, hampir 70 persen mahasiswa S-1 diuniversitas ini melanjutkan S-2, dan 10 persen ke S-3. Karena wajib belajar, uang sekolah dan fasilitas lainnya dari SD sampai SMP terutama untuk keluarga menengah ke bawah menjadi kewajiban negara .
Investasi yang ditanamkan Jepang untuk pendidikan sangat besar namun hasil yang diperolah dari investasi tersebut sangat signifikan, sebagaimana yang kita lihat tentang Jepang sekarang ini dengan GNP melebihi 34.000 USD (Indonesia 700 USD). Korelasi antara majunya pendidikan Jepang dan kemajuan industrinya benar-benar terwujud. Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan bangsa Jepang tumbuh menjadi negara industri utama di Asia, yang kedudukannya sejajar dengan bangsa Barat lain seperti Amerika, Inggris maupun Prancis.( http://mandaazzahra.wordpress.com/about/). Di samping itu, berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh The Political and Economic Risk Consultancy (PERC), lembaga konsultan yang berkedudukan di Hong Kong pada akhir tahun 2001 (Republika, 03/05/02) menempatkan Jepang dalam urutan ketiga di bawah Korea Selatan dan Singapura, dalam Human Development Index atau indeks pembangunan manusia (IPM). Sedangkan hasil penelitian UNDP tahun 2007-2008, dari 117 negara di dunia, jepang masuk ke urutan delapan besar dunia. Urutannya: 1.Iceland, 2.Norway, 3.Australia, 4.Canada, 5.Ireland, 6.Sweden, 7. Switzerland, 8.Japan. Sekadar tambahan pembanding Indonesia berada diurutan ke 107, di bawah Palestina, yang menempati urutan ke 106.
Melalui filem “The Last Samurai” (TLS) penonton disegarkan kembali ikhwal dasar etos dan filosofi yang khas dan unik tersebut, dengan mengandalkan cerita, sejarah serta kekuatan media audio-visual serta laga (acting) para pemerannya. Pembahasan di dalam buku ini, kita akan urut berdasarkan sistematika berikut: (i) unsur struktur: sinopsis, pemeran, sutradara serta produser; dan (ii) interpretasi semiotika (pemaparan makna dan fungsi kontekstualnya, termasuk pemahaman terhadap Jepang dan perbandingannya dengan Indonesia).
READ MORE - MEMAHAMI TELADAN MENGELOLA DILEMA TRANSISI I