Laman

Jumat, 21 Agustus 2009

Kemiskinan dan Kecacatan sebagai Oknum

Catatan dari pendampingan masyarakat kusta dan keluarga miskin di Manado
Kemiskinan berasal dari pertama turunan, karena orang tua miskin maka mereka jadi miskin. Kedua sikap hidup. Yang terakhir tersebut itulah yang parah. Delapan puluh persen klien menganggap atau menjadikan mereka miskin sebagai cara untuk hidup. Konstitusi mengatur fakir miskin sebagai tanggungjawab negara. Tetapi naasnya, oknum negara menjadikan kemiskinan sebagai proyek. Di satu sisi menacari keuntungan dari proyek kemiskinan, di sisi lain dan ini yang paling merusak, menjadikan komunitas sasaran proyek bukannya terberdayakan tetapi terjerat di dalam budaya miskin. Bagi yg berbudaya miskin, status miskin tidak lagi berkaitan dengan etika, moral dan terlebih masa depan. Bila mereka cacat maka mereka akan mengeksploitasi kecatatan. Bahkan ketika mereka mengutarakan banyaknya diskriminasi publik terhadap kondisi mereka, pada saat yang sama mereka juga mendiskriminasi diri sendiri dengan cara meminta perhatian khusus karena mereka cacat. Bila mereka membut suatu produk minta dibeli walau mutunya buruk.
Isu lain yang menonjol adalah modal usaha. Sembilan puluh lima persen klien menganggap bahwa kesulitan yg membuat mereka sukar untuk mandiri adalah modal. Tetapi setelah dilakukan konseling terbukti bahwa klien mengelola usahanya bukan sebagai usaha. Modal dan hasil usaha juga adalah modal biaya hidup. Setiap hari nombok.
Jalan keluarnya jelas harus berawal dari komitmen petugas pemerintah yg teguh thd komitmen klien sbg sasran pemberdayaan yang mandiri. Pihak perbankan, sdh saatnya mengadopsi metode Muhammad Yunus dalam memberantas kemiskinan di Negaranya Bangladesh. Aksi ekonomi paling revolusioner yang dilakukannya mendapat pengakuan dunia, dengan menyingkirkan Presiden SBY dalam meraih Nobel Perdamaian 2006 atas kesuksesannya dalam memberantas kemiskinan di Bangladesh lewat program kredit mikro.

Pada tahun 1976 Muhammad Yunus mentransformasikan lembaga kreditnya menjadi Bank Formal dengan aturan khusus bernama Grameen Bank (Bank Desa). Program ekonomi ini telah mendorong 42 persen peminjam ke atas garis kemiskinan. Menurut laporan Bank Dunia tahun 2005 menyatakan, Bagladesh telah membuat kemajuan yang mengesankan dalam pengembangan manusia dengan berfokus pada tingkat melek huruf yang bertambah, memperoleh kesetaraan gender dalam sekolah dan mengurangi pertumbuhan penduduk.

Tentu untuk menghadapi masalah kemiskinan di daerah atau di indonesia terfokus pada kebutuhan perubahan paradigma baik pelaksana negara maupun subjek yang termiskinkan atau memiskinkan diri. Memang tidak perlu malu menyandang status miskin selama berniat untuk mengubah diri menjadi tidak miskin. Hanya jelas cerlang cemerlang strategi negara terutama politisi sudah saatnya tidak menjadikan kemiskinan sebagai kendaraan kepentingan sesaat. Dan pihak yang berkomitmen dan konsisten seperti Muhammad Yunus jelas Indonesia sangat perlu.

Kemiskinan dan kecacatan adalah oknum. Sesuatu yang bukan sejati pribadi melainkan benalu yang menghancurkan diri sendiri.**
READ MORE - Kemiskinan dan Kecacatan sebagai Oknum